Fiqih Ringkas Idul Adha:

1. Sunnah sebelum berangkat shalat ‘Ied

Dari Anas bin Malik, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berangkat (ketempat shalat) pada hari raya ‘Idul Fitri sampai beliau memakan beberapa buah kurma terlebih dahulu.” [HR. Al-Bukhari: 953].

Dari Nafi’, bahwasanya Abdullah bin Umar  biasa mandi pada hari raya ‘Iedul Fithri sebelum berangkat ke tempat pelaksanaan shalat. [HR Malik (I/77), shahih].

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengenakan pakaian yang terbaik dan paling indah untuk shalat Ied. [Zaadul Ma’ad:  I/ 441]

2. Berangkat ke tempat shalat (tanah lapang)

Dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berangkat pada hari raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adh-ha ke tanah lapang, maka yang pertama kali beliau mulai adalah shalat.” [HR. Al-Bukhari: 956 & Muslim: 889].

3. Berangkat shalat dari satu jalan dan pulang melalui jalan lain dengan berjalan khaki

Dari Jabir, beliau berkata ;

“Jika hari raya ‘Ied tiba, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengambil jalan lain (ketika berangkat dan pulang).” [HR. Al-Bukhari: 986].

4. Takbir pada hari raya ‘Ied

Telah diriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  biasa berangkat menunaikan shalat pada hari raya ‘Ied, lalu beliau bertakbir hingga tiba di tempat pelaksanaan shalat, bahkan hingga shalat akan dilaksanakan. Kemudian, jika shalat akan dilaksanakan beliau pun menghentikan bacaan takbir.

Perlu diingat bahwa tidaklah disyari’atkan bertakbir secara bersama-sama dengan satu suara (koor) sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud beliau bertakbir mengucapkan ;

الله أكبر،الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Diriwayakan dari Ibnu Abbas beliau bertakbir mengucapkan ;

الله أكبر الله أكبر،الله أكبر و لله الحمد، والله أكبر الله وأجل،الله أكبر على ما هدانا.

5. Apakah ada shalat sebelum atau setelah shalat ‘Ied ?

Ibnu Abbas berkata ;

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat dua raka’at pada hari raya dan tidak mengerjakan shalat lainnya sebelum maupun sesudahnya.” [HR. Al-Bukhari: 989].

6. Hukum shalat ‘Ied

Shalat ‘ied hukumnya wajib bagi setiap individu muslim (fardhu ‘ain). Ini juga merupakan salah satu pendapat Imam Asy-Syafi’i.

7. Waktu shalat ‘Ied

Ibnu Qayyim berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengakhirkan shalat ‘Iedul Fithri dan menyegerakan shalat ‘Iedul Adh-ha…”

Di antara hikmahnya adalah agar mereka yang belum menunaikan zakat, punya kesempatan untuk menunaikannya sebelum solat ‘ied ditegakkan (-red).

8. Tidak ada adzan dan iqamat pada shalat ‘Ied

Dari Jabir bin Samuroh, dia berkata:

“Aku pernah mengerjakan shalat ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adh-ha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya sekali atau dua kali, tanpa menggunakan azan dan iqamat.” [HR. Muslim: 887].

9. Tata cara shalat ‘Ied

Pertama: Shalat ‘ied terdiri dari dua rakaat.  Umar berkata:

“Shalat ketika safar itu dua rakaat, shalat ‘Idul Adha dua rakaat, dan shalat ‘Idul Fithri dua rakaat. (semuanya itu dikerjakan) lengkap tanpa di qashar, melalui lisan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Kedua: Rakaat pertama dimulai, seperti shalat – shalat lainnya, dengan  takbiratul ihram, lalu disusul dengan tujuh kali takbir.

Rakaat kedua dengan lima kali takbir, selain dari takbir perpindahan.’Aisyah berkata:

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa bertakbir pada shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, yakni pada rakaat pertama tujuh kali takbir dan pada rakaat kedua lima kali takbir, selain dari dua takbir ruku’.” [HR. Abu Dawud: 1150, Shahih].

Ketiga: Tidak ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbir- takbir dalam shalat ‘Ied. Hanya saja, Ibnu Qayyim mengatakan bahwa Ibnu Umar – dengan kegigihannya dalam mengikuti sunnah – mengangkat kedua tangannya pada setiap kali takbir tersebut.

Keempat: Tidak ada hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai do’a tertentu yang dibaca di antara takbir-takbir shalat ‘Ied. Akan tetapi telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya dia berkata mengenai shalat ‘Ied: “Diantara dua takbir dipanjatkan pujian kepada Allah sekaligus sanjungan baginya.”

Kelima: Setelah takbir selesai, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallammembaca surat  Al-Fatihah lalu dilanjutkan dengan membaca surat al’Ala  pada rakaat pertama dan membaca surat al-Ghosyiyah. Atau boleh juga membaca surat Qaf  dan surat Al-Qamar.

Keenam: Tata cara pelaksanaan shalat ‘Ied ( selain takbir ) sama seperti shalat – shalat lainnya, tidak berbeda sama sekali.

Ketujuh: Orang yang tertinggal mengerjakan shalat ‘Ied berjama’ah boleh mengerjakan shalat dua rakaat seorang diri.

Kedelapan: Takbir dalam shalat ‘Ied (tujuh takbir pada rakaat pertama dan lima takbir di rakaat kedua) hukumnya sunnah. Meninggalkannya tidak membatalkan shalat, baik disengaja maupun tidak.

10. Khutbah setelah shalat ‘Ied

Dari Ibnu Abbas  berkata:

“Aku pernah ikut shalat ‘Ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman. Mereka semua mengerjakan shalat sebelum khutbah.” [HR. Al-Bukhari: 962 & Muslim: 882].

Dan tidak ada satu hadits pun, yang diriwayatkan secara shahih, yang menyebutkan bahwa khutbah ‘Ied terdiri dari dua khutbah, yang dipisah antara keduanya dengan duduk.

11. Khutbah ‘Ied dan anjuran untuk menghadirinya

Mendengar khutbah ‘Ied tidak wajib, berbeda dengan mengerjakan shalat ‘Ied (yang hukumnya wajib). Khutbah ‘Ied sama seperti khutbah-khutbah lainnya, yang diawali dengan pujian dan sanjungan kepada Allah.

“Sesungguhnya kami berkhutbah, barang siapa ingin duduk untuk mendengarkannya, dipersilahkan untuk duduk, sedangkan barang siapa yang ingin pergi, dipersilahkan untuk pergi.”[HR. Abu Dawud: 1155, Shahih].

12. Jika ‘Ied bertepatan dengan hari Jum’at

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ingin menunaikan shalat Jum’at, maka dipersilahkan dia mengerjakannya dan barangsiapa yang tidak ingin mengerjakannya, maka dipersilahkan untuk tidak berangkat (shalat Jum’at).” [HR. ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf: II/305, Shahih]

13. Ucapan selamat pada hari raya ‘Ied

Diriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Jubai bin Nufair, dia berkata: “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu pada hari ‘Ied, sebagian mereka mengucapkan kepada sebagian yang lain ; تقبل الله منا ومنكم – semoga Allah menerima amal kami dan kalian.”

Wallahu A’lam

***

Penyusun: Tim Al-Hujjah