Mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Semuanya mengakui dan ingin mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Untuk membuktikannya, diperlukan bukti dan tanda, yang dapat dijadikan sebagai standar kebenaran pengakuan cinta. Di antara bukti dan tanda-tanda tersebut ialah sebagai berikut :

1. Mencontoh Dan Menjalankan Sunnah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seseorang yang benar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara lahiriyah dan batiniyah, selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):

“Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga.”[HR at-Tirmidzi, no. 2678]

Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia harus membuktikan dengan semangat berpegang teguh dan menghidupkan Sunnah, mengamalkan Sunnahnya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, mendahulukan itu semua dari hawa nafsunya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya):

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” [Ali Imran : 31].

2. Banyak Mengingat Dan Menyebutnya

Orang yang mencintai sesuatu, tentu akan banyak mengingat dan menyebutnya. Ini menjadi sebab tumbuh dan bersinambungnya kecintaan. Yang dimaksud banyak mengingat dan menyebut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tentunya dalam hal yang disyariatkan. Di antaranya:

a. Menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah Ta’ala berfirman (artinya):

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Faathir : 56].

Juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (artinya) :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila berlalu dua pertiga malam, beliau bangun dan berkata: “Wahai, sekalian manusia! Berdzikirlah kepada Allah, berdzikirlah kepada Allah. Pasti datang tiupan sangkakala pertama yang diikuti dengan yang kedua, datang kematian dengan kengeriannya, datang kematian dengan kengeriannya”.

Ubai berkata: Aku bertanya,”Wahai, Rasulullah! Aku memperbanyak shalawat untukmu. Berapa banyak aku bershalawat untukmu?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sesukamu,” lalu Ubai berkata lagi: Aku berkata, “Seperempat.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,”Terserah, tetapi jika engkau tambah, maka itu lebih baik.” Aku berkata,”Setengahnya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab lagi: “Terserah, tetapi jika engkau tambah, maka itu lebih baik bagimu,” maka aku berkata lagi: “Kalau begitu, dua pertiga”.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Terserah, jika engkau kamu tambah, maka itu lebih baik bagimu,” lalu aku berkata,”Aku jadikan seluruh (doaku) adalah shalawat untukmu,” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika begitu (shalawat) itu mencukupkan keinginanmu (dunia dan akhirat) dan Allah akan mengampuni dosamu”. [HR. at-Tirmidzi, no. 2457, Hasan]

b. Menyebut keutamaan dan kekhususan sifat, akhlak dan perilaku utama yang Allah berikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga menjadikan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai contoh. Juga menyebut mu’jizat serta bukti kenabian untuk mengenal kedudukan dan martabat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, dapat mengenalkan kepada orang lain dan mengingatkan mereka, sehingga semakin meningkatkan keimanan dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

c. Bersikap santun dan beradab dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, baik dalam menyebut nama atau memanggilnya.

Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa adab tertinggi terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adalah secara penuh menerima, tunduk patuh kepada perintahnya dan menerima beritanya, membenarkan tanpa ada penentangan dengan khayalan batil yang dinamakan ma’qul (masuk akal), syubhat, keraguan-raguan, atau mendahulukan pendapat para intelektual dan pemikiran mereka. Wajib berhukum dan menerima, tunduk dan taat, hanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. [Jala’ al Afhaam fi Fadhli ash Shalat wa as Salam ‘ala Khairil Anam].

3. Berharap Melihat Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam Dan Rindu Berjumpa Dengannya, Walaupun Harus Membayarnya Dengan Harta Dan Keluarga.

Tanda kecintaan ini dijelaskan dalam hadits riwayat Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) :

“Demi Dzat, yang jiwa Muhammad di tanganNya (Allah). Pasti akan datang pada salah seorang dari kalian satu waktu, dan ia tidak melihatku, kemudian melihat aku lebih ia cintai dari keluarga dan hartanya.”[Madarij as Salikin, 2/387]

4. Belajar Al-Qur’an, Membaca Dan Memahami Maknanya.

Demikian juga belajar sunnahnya, mengajarkannya dan mencintai ahlinya (Ahlu Sunnah).

Al Qadhi Iyadh menyatakan, di antara tanda-tanda mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, mencintai al-Qur`an yang diturunkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, mengambil petunjuk, membimbing (manusia) dengannya serta berakhlak dengannya.

Ibnu Mas’ud berkata:  Apabila seseorang mencintai al-Qur`an, maka (berarti) ia mencintai Allah dan Rasul-Nya” [HR Muslim, no. 1233].

5. Mencintai Orang Yang Dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Yakni mencintai ahli bait, isteri, dan para sahabat radhiallahu ‘anhum ajma’in. Karena termasuk kesempurnaan iman adalah mencintai keluarga dan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti pada banyak ayat yang terkandung dalam al-Qur’an.

6. Membenci Orang Yang Dibenci Oleh Allah Dan Rasul-Nya.

Allah berfirman (artinya):

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” [al- Mujadilah : 22].

 

***

Wallahu A’lam

Diringkas Oleh Tim al-Hujjah Dari Sumber: https://almanhaj.or.id